SELAMAT DATANG DI 7 MATERI BUKAN 7 KEAJAIBAN DUNIA STIA LK DUMAI

Psikologi Sosial

Persepsi & Sikap


PENDAHULUAN


Proses interaksi manusia membawa ke lingkungan fisik maupun lingkungan sosial  dan hal ini pula yang menyebutkan bahwa manusia butuh dengan lainya termasuk sesama induvidu dan lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya, sebagai bahan acuan untuk diperhatikan persepsi dalam kategorial menilai orang lain merupakan proses psikologi social dasar dari hubungan antar pribadi, karena berdasarkan penilaian itulah orang menentukan apa yang dilakukannya terhadap orang lain, disinilah akan terbentuknya sikap. Dan Secara psikologi Persepsi adalah proses pencarian Informasi untuk dipahami



Untuk mengetahui secara mendasar antara persepsi dan sikap dengan perbedaan persamaan kalimat persepsi, prasangka berikut sikap dan perilaku yang sering didengar ditengah kehidupan bermasyarakat.
Perlunya pemahaman yang mendalam  persepsi dan sikap karna merupakan nilai psikologis.
Hasil dari kesiapan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa STIA Lancang Kuning Dumai, melalui analisa dan perbaikan metode sikap dan perilaku.       





  PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Dan penginderaan itu sendiri adalah merupakan suatu proses yang diterimanya stimulus oleh induvidu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti disitu saja. Situmulus tersebut diteruskan oleh syaraf otak  sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas dari proses penginderaan.
Secara psikologi Persepsi adalah proses pencarian Informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan, sebaliknya alat untuk memahami adalah kesadaran atau kognisi.   Dengan persepsi induvidu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan keadaan diri induvidu yang bersangkutan.(dafidof/Prof.dr.bimowalgito 1999)  dengan demikian dapat dikemukan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri  iduvidu tetapi juga dapat datang  dari dalam diri sendiri induvidu inilah yang  disebut persepsi diri (self-perception). Karena dalam persepsi itu merupakan aktifitas yang intergrated, maka seluruh apa yang ada dalamdiri induvidu seperti perasaan , pengalaman kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek – aspek lain yang ada adalam diri induvidu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Hal ini menunjukan keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual.

 Faktor Yang berpengaruh pada Persepsi
                     Dari uraian diatas pengertian persepsi ini merupakan factor external dan induvidu sebagai factor internal saling berinteraksi dalam induvidu megadakan persepsi, dan mengenai keadaan induvidu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi   datang dari dua sumber yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi sikologis. Bila system fisiologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang.
Sedangkan segi psikologis seperti dipaparkan diatas yaitu anatara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi.
Sedangkan lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi situmulus juga akan berpengaruh dalam persepsi,  Lebih – lebih  bila objek persepsi adalah manusia . objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama  dengan situasi sosial berbeda , dapat mengasilkan persepsi yang berbeda.          


 PENGERTIAN SIKAP
Kata SIKAP dalam Psikologi sosial belum pernah ada kesepakatan diantara para ahli dalam menyebutkan pengertianya atau defenisi yang diberikan, seperti Thurstone menyebutkan memandang sikap atau attitude sebagai suatu tingkatan efeksi baik yang bersifat positif  maupun negative dalam hubunganya dengan objek – objek psikologis. afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negative adalah afeksi yang tidak menyenangkan.
Jika diambil suatu kesimpulan dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi sesorang . thurstone melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengkaitkan sikap dan perilaku, dengan kata lain secara eksplisit meihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.
Lain halnya dengan pendapat Rokeach (1968:12) memberikan tentang pengertian sikap sebagai berikut : “ an attitude is a relatively enduring organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respon in some preferential manner”     dari batasan tersebut dapat dikemukan bahwa sikap telah terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan “Predisposing” untuk merespon, untuk berprilaku . ini berarti jelas sikap berkaitan dengan perilaku.
Dari bermacam pendapat dapatlah ditarik suatu pendapat “ sikap itu merupakan organisasi pendapat , keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berprilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.   

  Ciri dan Terbentuknya Sikap
Ada beberapa ciri – ciri sikap:
1.      Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap – sikap tertentu  terhadap sesuatu objek sikap sendiri terbentuk dalam perkembangan induvidu yang bersangkutan, maka ada yang  menyatakan. “Sifat atau sikapnya memang bergitu” kadang – kadang sikapnya berubah hal ini sesuai denga pendapat Kimball young.
2.       Sikap itu selalu berhubugan dengan objek sikap, karena sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungan objek tertentu. Negative atau psoitif hubungan induvidu menimbulkan sikap tertentu bagi induvidu.
3.      Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.  Apabila sesuatu sikap telah terbentuk pada diri induvidu akan susah untuk menghilangkanya, bila sikap itu belum mendalam maka akan cepat terasa perubahanya.
4.       Sikap mengandung faktor  motivasi . bahwa sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif  (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negative (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Motovasi disini bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi iduvidu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya.

Ciri – ciri tersebut diatas merupakan ciri – ciri sikap yang dapat digunakan untuk membedakan sikap dengan pendorong – pendorong lain yang ada dalam diri manusia.
Ada beberapa factor yang dapat membentuk sikap yaitu factor iternal dan eksternal yang mengandung unsur pada internal fisiologis dan psikologis, dan eksternal pengalaman, situasi, norma- norma hambatan dan pendorong  yang ada dilingkungan tiap – tiap induvidu.
Objek sikap akan dipersepsi oleh induvidu dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh induvidu yang bersangkutan . dalam mempersepsi objek sikap induvidu akan dipengaruhi oleh pegetahuan, pengalaman, cakrawala, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan induvidu mengenai objek sikap sebagai aspek evaluative, yang dapat bersifat positif atau negative.


  CONTOH KASUS
Dapat dilihat dari berbagai sudut pandang tentang penjelasan diatas sikap yang merupakan organisasi pendapat yang disertai perasaan dan keyakinan seseorang, dan menjadikanya orang lain merespon  dan berbepersepsi terhadap apa yang dilakukan orang lai  yang dimasudkan tadi.
Contoh : sikap  seorang A sering berperilaku tidak sopan merokok ditempat umum, suaranya kasar dan apa bila meminta sesutau dia selalu membentak. Hal ini menunjukan prilaku yang tidak sopan sementara seorang B dapat menilai, mempersepsikan bahwa seorang A ini tadi jelek aja prilakunya terhadap orang lain sehingga seorang B tidak mau bergaul dengan orang A tersebut. 

melalui beberapa penjelasan diatas sehingga terbitnya sebuah contoh kasus maka penulis dalam hal ini, persepsi merupakan situmulus yang proses kepribadian seseorang dalam menilai sesuatu  dan sikap tersebut merupakan keorganisasian pendapat sehingga dari hal tersebut membentuk sebuah prilaku.
Satu sisi lain contoh kasus yang digambarkan diatas merupakan 2 objek yang berbeda namun sesungguhnya sebuah persepsi bagi Induvidual  bisa merupakan proses awal terbentuknya sikap dan prilaku, contoh lainya  dapat dilihat  ketika seseorang menonton televisi dan peran ditelevisi tersebut merupakan tokoh kegemeranya  maka stimulus dalam otaknya bergerak sehingga memiliki persepsi penialian dan cara pandang untuk mengikuti peran ditelevisi tersebut sehingga didalam interaksi kehidupan sehari-hari pembawaan sikapnya terbawa - bawa.      



Jika diambil suatu kesimpulan dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi sesorang . thurstone melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengkaitkan sikap dan perilaku, dengan kata lain secara eksplisit meihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.
sikap itu merupakan organisasi pendapat , keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berprilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.   
Ada beberapa factor yang dapat membentuk sikap yaitu factor iternal dan eksternal yang mengandung unsur pada internal fisiologis dan psikologis, dan eksternal pengalaman, situasi, norma- norma hambatan dan pendorong  yang ada dilingkungan tiap – tiap induvidu.
Objek sikap akan dipersepsi oleh induvidu dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh induvidu yang bersangkutan . dalam mempersepsi objek sikap induvidu akan dipengaruhi oleh pegetahuan, pengalaman, cakrawala, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan induvidu mengenai objek sikap sebagai aspek evaluative, yang dapat bersifat positif atau negative.

 SARAN - SARAN
Sesuai degan hasil kesimpulan persepsi dan sikap, sebaikya untuk bergerak kearah kepribadian yang lebih baik dan terarah persepsi merupakan langkah awal untuk membentuk sikap  jangan jadikan persepsi dalam bentuk negative akan mengenai Objek namun persepsi lebih bertindak keevaluatif dan bersifat Positif.





DAFTAR PUSTAKA.

Wawan Soemaryono, Psikologi Sosial Balai Pustaka Jakarta
Prof Dr. Bimo Walgito, 1978, Psikologi Sosial Suatu Pengantar , Andi Yogyakarta (edisi revisi 1999)
http://lembarkertas.multiply.com/2011








Hubungan Antar Pribadi


Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrument perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Lebih lanjut selain kebutuhan berteman orang juga saling membutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Kompleksitas kehidupan masa kini semakin membuat kita saling tergantung satu dengan yang lainnya, dibanding masa-masa sebelumnya. Hasilnya adalah kita saling perlu untuk saling berbagi dan bekerjasama.
Integritas adalah pintu gerbang menuju kredibilitas. Integritas menunjukkan adanya sebuah kualitas pribadi yang dibentuk melalui kebenaran, kejujuran, dan cita-cita untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kita dapat dipercaya. Integritas teruji pada waktu kita berbuat kesalahan yang merugikan orang lain. Meskipun kita sudah berusaha sedapat mungkin mempertahankan integritas, tidak dapat dipungkiri bahwa kadang-kadang banyak tantangan yang harus kita dihadapi dalam hidup. Jadi dalam hal ini cermin untuk hubungan antar pribadi sangat perlu penjagaan agar kualitas pertemanan dan hubungan tetap terjaga.

Tujuan penulisan
Tujuan penulisan yang didasari dari latar belakang diatas yaitu sebagai berikut:
1. Agar mengetahui secara mendasar tentang hubungan antar pribadi baik teori, factor, bentuk – bentuk hingga penjagaan kualitas hubungan antar pribadi.
2. Untuk dapat menganalisis dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari hubungan pribadi yang positif
3. Sebagai penerapan ilmu pengetahuan khususnya Psikologi Sosial


BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Antar Pribadi


Memahami Hubungan Antarpribadi
Hubungan antarpribadi memainkan peranan penting dalam membentuk kehidupan kita. Kita tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita mengenali harapan-harapan orang lain. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa hubungan antar pribadi membuat kehidupan menjadi lebih berarti. Sebaliknya hubungan yang buruk bahkan dapat membawa efek negative bagi kesehatan. Seperti yang ditemukan oleh Patel (Reardon; 1987; 159) bahwa hubungan antar pribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh stress dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk hipertensi. Sebaliknya pasangan suami istri yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi.
Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrument perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Lebih lanjut selain kebutuhan berteman orang juga saling membutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Kompleksitas kehidupan masa kini semakin membuat kita saling tergantung satu dengan yang lainnya, dibanding masa-masa sebelumnya. Hasilnya adalah kita saling perlu untuk saling berbagi dan bekerjasama.
Salah satu karakteristik penting dalam hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan/kesadaran kita. Kita terlahir kedalam berbagai hubungan, sebagian berkaitan dengan pekerjaan dan lainnya merupakan hasil dari perkawinan, dan kita tidak selalu bebas untuk membentuk hubungan. Hubungan semacam ini berbeda dari hubungan yang secara sadar kita pilih/bentuk, karena kendala-kendala yang terdapat pada perilaku para partisipannya. Artinya kita tidak bias begitu saja memutuskan keluar dari hubungan antara kita dengan pimpinan, teman, orang tua, adik/kakak, tanpa harus mengorbankan sesuatu (pekerjaan, perasaan dsb) meskipun demikian banyak juga hubungan yang tidak kita rencanakan dapat menghadirkan dukungan social.
Banyak factor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas hubungan yang kita miliki, yang direncanakan maupun yang tidak kita rencanakan. Misalnya status social ekonomi, umur dan gender (jenis kelamin) akan mempengaruhi bukan saja kepada siapa kita berhubungan, tetapi juga bagaimana dan seberapa sering kita berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan peerbedaan sumber-sumber yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya memiliki handphone dan memiliki modil akan membuat kita dapat berhubungan dengan orang yang mobilitasnya tinggi. Jenis pekerjaan dari oranng yang berbeda status social ekonominya juga mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber hubungan social yang penting, karenanya mengetahui jumlah dan jenis hubungan antarpribadi mereka.

A.1 Teori-teori Pengembangan Hubungan

Pemahaman mengani hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhantahun para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir. Pada bagian ini kita akan menyimak sejumlah teori yang menjelaskan bagaimana berkembangnya suatu hubungan. Dan tentunya penjelasan tersebut diharapkan akan memperkaya pemahaman kita terhdap proses pengembangan hubungan.
self disclosure. Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi focus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan sebaliknya. Sidney Jourard (1971) menandai sehat atau tidaknya komunikasi antar pribadi dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi. Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada orang lain yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing kedalam kuadran “terbuka”. Kuadaran 4 sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui kegiatan seperti refleksi diri dan mimpi.
Altman dan Taylor menggunakan bawang merah (onion) sebagai analogi untuk menjelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupas lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Lapisan luar berisi informasi superficial seperti nama, alamat atau umur. Ketika lapisan-lapisan ini sudah terkelupas; kita semakin mendekati lapisan terdalam yang berisi informasi yang lebih mendasar tentang kepribadian. Altman dan Taylor juga mengemukakan adanya dimensi “keleluasaan” dan “kedalaman” dari jenis-jenis informasi, yang menjelaskan bahwa pada setiap lapisan kepribadian. Keleluasaan mengacu pada banyaknya jenis-jenis informasi pada lapisan tertentu yang dapat diketahui oleh orang lain dalam pengembangan hubungan. Dimensi kedalaman mengacu pada lapisan informasi mana (yang lebih pribadi atau superficial) yang dapat dikemukakan pada orang lain. Kedalaman ini akan diasumsikan terus meningkat sejalan dengan perkembangan hubungan. Model ini menggambarkan perkembangan hubungan sebagai suatu proses, dimana hubungan adalah sesuatu yang terus berlangsung dan berubah.
Process View.Agak berbeda dengan teori sebelumnya, Steve Duck (1985) menganggap bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi. Sebagai contoh, seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang menangis akan membentuk hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang menunggu sekian lama sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun demikian mengetahui atribut masing-masing hanyalah salah satu aspek yang mempengaruhi hubungan. Untuk mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi kita dapat melihatnya dari bagaimana saling menanggapi. Lebih jauh Duck mengungkapkan bahwa hubungan tidak selalu berkembang dalam bentuk linear dan berjalan mulus, dan bahwa orang tidak selalu aktif mencari informasi mengenai partnernya, baisanya malahan informasi tersebut didapat secara kebetulan dan bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak semua hubungan akrab, tidak semua hubungan berkembang, dan hubungan dapat sekaligus stabil dan memuaskan.
Social Exchange.Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan mempengaruhi kontribusi orang lainnya. Thibaut dan Kelley, pencetus teori ini, mengemukakan bahwa yang mengevaluasi hubungannya dengan orang lain. Dengan mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan upaya yang telah dilakukan, orang akan tetap memutuskan untuk tetap tingal dalam hubungan tersebut atau meninggalkannya (mempertahankan hubungan datau mengakhirinya). Ukuran bagi keseimbangan antara ganjaran dan upaya ini disebut comparisons level, dimana di atas ambang ukuran tersebut orang akan merasa puas dengan hubungannya. Misalnya kita beranggapan bahwa dasar dari persahabatan adalah kejujuran. Kita mengetahui bahwa sahabat kita berusaha untuk menipu, maka kita akan mempertimbangkan kembali hubungan persahabayan dengannya. Mungkin kita akan memutuskan untuk mengakhiri hubungan demi kebaikan, dengan kejujuran sebagai ambang ukuran, kita merasa bahwa ganjaran yang kita peroleh tidak sesuai dengan upaya kita untuk mempertahankan kejujuran dalam hubungan.
Sementara itu comparison level of alternatives merupakan hasil terendah/terburuk dalam konteks ganjaran dan upaya yang dapat ditolerir seseorang dengan mempertimbangkan alternative-alternatif yang dia miliki. Jika seseorang tidak banyak memiliki alternative hubungan maka dia akan memberikan standar yang cukup itu seringkali dirasakan merugikan bagi dirinya, namun karena tidak banyak memiliki alternative hubungan, dia akan berusaha mempertimbangkan hubungan tersebut. Sedangkan orang yang banyak memiliki alternative akan lebih mudah meninggalkan suatu hubungan bila dirasakan bahwa hubungan tersebut sudah tidak memuaskan lagi. Konsekuansi suatu hubungan dan konsekuaensi yang digunakan akan berubah seiring dengan perjalanan hubungan tersebut.
Roloff (1981) mengemukakan bahwa asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang dapat memberikan hasil yang diinginkannya. Tentunya kepentingan masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan daripada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang ideal akan terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungan sehingga hubungan menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.

A.2 Tahap-tahap dalam perkembangan dan Mengakhiri hubungan
Suatu kenyataan dalam kehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan dengan orang lain bersifat temporer. Sahabat karib di masa anak-anak belum tentu berperan dalam kehidupan dewasa. Apalagi dalam masyarakat yang mobilitasnya tinggi, akan sulit untuk memelihara persahabatan, sehingga yang terjadi adalah seringnya kita memulai dan mengakhiri hubungan antar pribadi. Ketika mengembangkan dan mengakhiri hubungan, kita melewati serangkaian tahap keakraban/keintiman. Antara lain dari hubungan yang bukan yang bukan bersifat pribadi dengan menggunakan aturan-aturan ekstrinsik sampai kepada hubungan antarpribadi yang diatur oleh aturan-aturan intrinsik. Knapp (1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain. Menurutnya hubungan berkembang melalui lima tahap, yaitu inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi dan ikatan. Kelima tahapan ini lebih merupakan kecenderungan dari perkembangan hubungan, dan bukannya bagaimana seharusnya hubungan berkembang.
Inisiasi biasanya mencakup percakapan singkat dan saling memberi salam. Selama tahap eksperimen, masing-masing akan mengungkap informasi mengenai partnernya. Percakapan pada tahap ini berfungsi untuk menjajaki terjadinya hubungan lebih lanjut, dan membantu dalam mengungkap persamaan atau perbedaan kepentingan. Tahap intesifikasi melibatkan penyelidikan yang lebih mendalam pada kepribadian masing-masing. Tahap integrasi menciptakan rasa “bersama”, rasa kami/kita, dimana keduanya bertindak sebagai satu unit dan bukan sebagai individu yang terpisah. Keputusan yang dibuat pada tahap ini biasanya dilakukan berdua. Sementara tahapan terakhir yaitu ikatan, terjadi ketika keduanya masuk kepada suatu ritual yang secara formal mengakui hubungan jangka panjang. Acapkali dua orang dalam suatu hubungan berada pada tahap yang berbeda. Meskipun demikian, perbedaan ini dapat memberikan arti positif bagi perkembangan hubungan bila salah satu bisa mengarahkan yang lain untuk lebih memperhatikan hubungan mereka.Ketika perbedaan pandangan mengenai hubungan yang berlangsung menjadi semakin jelas, maka kemungkinan bagi menurunnya hubungan juga semakin jelas. Duck (1985) mengemukakan bahwa memburuknya hubungan antarpribadi akan melewati sejumlah tahap/batas. Setiap kali melewati batas merupakan pergantian kualitas hubungan.

Model ini bertumpu pada asumsi bahwa disolusi (rusak/memburuk) suatu hubungan melibatkan keputusan-keputusan yang kompleks, dan bahwa hubungan antarpribadi akan membuat keputusan tersebut menjadi tidak sulit dan linear. Dengan kata lain, keputusan itu menghentikan suatu hubungan secara sporadis, tidak konsisten, ambivalen, dalam suatu periode tertentu. Seseorang mungkin akan terombang-ambing antara usaha untuk memperbaiki hubungan atau keputusan untuk berpisah.
Dalam fase ‘intra-psysic’ orang akan memusatkan perhatian pada partnernya dan menilai adanya ketidakpuasan di dalam hubungan. Pertimbangan mengenai persoalan-persoalan hubungan lebih banyak berada pada tingkat pribadi atau terakomulasi dalam dirinya sendiri dan hanya sedikt yang dikomunikasikan pada partnernya. Dalam konteks sosial exchange, orang yang hendak mengakhiri hubungan memerlukan waktu untuk menimbang ganjaran dan upaya,dan jika proses ini berlanjut maka dia akan memutuskan untuk menyampaikan secara eksplisit.
Pada fase dyadic, fokusnya ada hubungan itu sendiri. Dalam fase ini komunikasi akan bersifat langsung dan eksplisit, dan dinamika deri hubungan mereka juga dibicarakan. Seseorang akan terpaksa mempertimbangkan, bukan hanya sifat-sifat partnernya yang tidak menyenangkan, tetapi juga perspektif partnernya dan apa yang terkandung dalam perbedaan perspektif mengenai hubungan mereka. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi pembicaraan panjang mengenai bagaimana memecahkan persoalan yang mereka hadapi, apa yang perlu dilakukan, atau apakah perlu untuk mengakhiri hubungan mereka. Fase dyadic dapat berakhir dengan suatu keputusan untuk memperbaiki hubungan mereka. Tetapi jika hal itu tidak dapat dicapai, proses akan berlanjut pada tahap berikutnya, dimana disolusi menjadi permasalahan sosial.
Fase sosial menuntut suatu fokus pada kelompok yang lebih besar seperti keluarga atau teman-teman. Pada fase ini pendapat dan perasaan dari orang-orang di luar hubungan menjadi pertimbangan. Orang di luar ini menjadi sangat berpengaruh terhadap keputusan apa yang harus diambil oleh mereka yang berada di dalam hubungan. Fase terakhir disebut grave dressing karena terjadi setelah pemutusan hubungan. Di sini masing-masing pihak akan memberikan alasannya sendiri, dan dengan cara-cara sendiri mereka akan mengatasi dan menyembuhkan diri dari kedukaan atas berakhirnya hubungan mereka.


B. Kunci Hubungan Antar Pribadi yang Sehat

Integritas adalah pintu gerbang menuju kredibilitas. Integritas menunjukkan adanya sebuah kualitas pribadi yang dibentuk melalui kebenaran, kejujuran, dan cita-cita untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kita dapat dipercaya. Integritas teruji pada waktu kita berbuat kesalahan yang merugikan orang lain. Meskipun kita sudah berusaha sedapat mungkin mempertahankan integritas, tidak dapat dipungkiri bahwa kadang-kadang banyak tantangan yang harus kita dihadapi dalam hidup. Di tengah-tengah hangatnya perdebatan, emosi kita bisa menekan tombol auto-pilot dan mengambil alih kendali rasional kita, sehingga kita mengatakan hal-hal yang tidak pantas atau tidak kita niatkan. Minta maaf setelah kejadian tersebut memang berat, tapi dengan keahlian komunikasi yang tepat, kita akan dapat mempertahankan hubungan dan menyelesaikan kesalahan kita secara positif, dan bukanpura-pura.
Empat Tahap Minta Maaf adalah perangkat yang luar biasa untuk bisa membantu kita menjalin komunikasi yang jelas, terbuka dengan tetap menjunjung integritas, khususnya pada saat kita harus meminta maaf atas suatu kejadian. Model ini memungkinkan kita untuk mengakui apa yang telah kita lakukan, bertanggung jawab atas hal tersebut, dan melihat konsekuensi jangka panjang yang muncul akibat perilaku kita. Dengan menggunakan teknik ini, Anda dapat membantu orang lain untuk menghilangkan perasaan negatifnya (marah atau benci) menjadi lebih positif (penuh perhatian dan dukungan). Hal ini dapat dilakukan dengan mengakui konsekuensi dari kesalahan kita secara lisan serta bersedia memilih perilaku lain yang berbeda. Anda dapat mengingat empat tahap ini dengan kalimat ini : Aku Mau Berbuat Baik Semuanya adalah singkatan. Kata ”Aku” mewakili huruf A dan merupakan akronim dari Akui. Dengan menggunakan pesan-saya (I Statement), kita bertanggung jawab atas tindakan kita dengan cara mengakui kesalahan kita. "Saya mengakui bahwa saya tidak menelepon Anda ketika saya tahu saya akan terlambat makan siang."

Kata ”Mau” mewakili huruf M dan merupakan akronim dari Minta maaf. Nyatakan biaya atau kerusakan yang disebabkan oleh tindakan Anda. "Saya minta maaf karena telah membuat Anda menunggu saya, dan membuat Anda merasa frustrasi."
Kata ”Berbuat” mewakili huruf B dan akronim dari Benahi. Hadapi konsekuensi dari perilaku kita dan tawarkan untuk membenahinya dengan sebuah solusi. "Apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya?" Ini adalah saat di mana kita menyimak dan merenungkan apa yang sebenarnya dibutuhkan orang tersebut. Dengan menyimak, hubungan bisa semakin dekat.

Kata ”Baik” mewakili huruf B, dan merupakan akronim dari Buat janji. Buatlah janji serta komitmen untuk menampilkan perilaku baru yang sesuai guna memperbaiki hubungan tersebut. " Mulai sekarang saya setuju untuk menghubungi Anda jika saya mengalami keterlambatan."
Jika teknik Empat Tahap Minta Maaf ini digunakan, maka kita seperti memiliki daya untuk membersihkan kesalahan dan mengatur kembali integritas kita agar sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan yang kita yakini. Pada program Liburan Edukatif Akhir Pekan (LEAP Camp) di bulan Desember 2009 nanti, para siswa akan diajari teknik ini. Di program tersebut para siswa didorong untuk melatih teknik komunikasi setiap hari. Latihan ini diharapkan akan membuat mereka mampu memiliki keterampilan berkomunikasi secara positif.
Beberapa siswa mengatakan bahwa keterampilan ini menyadarkan para orang tua bahwa anak mereka sekarang telah menjadi komunikator yang lebih kuat. Ada juga yang mengatakan bahwa keterampilan komunikasi ini telah menurunkan frekeunsi bertengkar dalam keluarga serta menumbuhkan kedewasaan dalam diri siswa.
Di luar rumah, Empat Tahap Minta Maaf dapat digunakan dalam semua bidang kehidupan, baik itu di tempat kerja, sekolah, atau bahkan dengan orang yang kita belum kenal. Ketika kita menggunakan teknik ini, kita membuka saluran komunikasi yang jelas dan terbuka, yang akan membantu kita mempertahankan integritas diri, untuk penciptaan hubungan yang positif.


Uraian di atas menunjukan bahwa manusia tidak dapat menghindar dari jalinan hubungan dengan sesamanya. Kita mungkin memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain, demikian pula mengenai nilai penting kuantitas dan kualitas hubungan antarpribadi. Meskipun demikian, secara pasti dapat dikatakan bahwa kita memerlukan hubungan antarpribadi.
kepentingan daripada hubungan antar pribadi masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan daripada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang ideal akan terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungan sehingga hubungan menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.
Dan gambaran pada study kasus diatas permhonan maaf merupakan keterampilan berkomunikasi yang sangat penting.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentar yang anda berikan. mari wujudkan " sampaikan walau satu ayat " tentang Ilmu